SIKAP ILMIAH
“Scientist” atau ilmuwan mempelajari gejala-gejala alam melalui
observasi, eksperimentasi dan analisis yang rasional. Ia menggunakan
sikap-sikap tertentu (Scientific attitudes).
Para ilmuwan sebagai orang
yang profesional dalam bidang keilmuan sudah barang tentu mereka juga perlu
memiliki visi moral yaitu moral khusus sebagai ilmuwan. Moral inilah di dalam
filsafat ilmu disebut juga sebagai sikap ilmiah. (Abbas Hamami M., 1996, hal. 161)
Sikap ilmiah harus dimiliki
oleh setiap ilmuwan. Hal ini disebabkan oleh karena sikap ilmiah adalah suatu
sikap yang diarahkan untuk mencapai
suatu pengetahuan ilmiah yang bersifat obyektif. Sikap ilmiah bagi seorang
ilmuwan bukanlah membahas tentang tujuan dari ilmu, melainkan bagaimana cara
untuk mencapai suatu ilmu yang bebas dari prasangka pribadi dan dapat
dipertanggungjawabkan seca-ra sosial untuk melestarikan dan keseimbangan alam
semesta ini, serta dapat dipertanggungawabkan kepada Tuhan. Artinya selaras
dengan kehendak manusia dengan kehendak Tuhan.
Sikap
ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi
ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Sikap ilmiah ini perlu dibiasakan
dalam berbagai forum ilmiah, misalnya dalam diskusi, seminar, loka karya, dan
penulisan karya ilmiah Sikap-sikap ilmiah yang dimaksud adalah sebagai berikut.
·
Sikap ingin tahu
Sikap ingin tahu
ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
bidang kajiannya. Mengapa demikian? Bagaimana caranya? Apa saja unsur-unsurnya?
Dan seterusnya.
·
Sikap kritis
Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari
informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk
dibanding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya,
kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
·
Sikap terbuka
Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau
mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun
pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut
tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.
·
Sikap objektif
Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa
adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
·
Sikap rela menghargai karya orang lain
Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada
kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat
yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
·
Sikap berani mempertahankan kebenaran
Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil
temuan lapangan atau pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan
teori atau dalil yang ada.
·
Sikap menjangkau ke depan
Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan
hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya.
Sikap ilmiah ini juga harus
ada pada diri Anda ketika menyusun buku ilmiah. Kebiasaankebiasaan yang
bertentangan dengan sikap ilmiah harus Anda buang jauh-jauh, misalnya sikap
menonjolkan diri dan tidak menghargai pendapat orang lain, sikap ragu dan mudah
putus asa, sikap skeptis dan tak acuh terhadap masalah yang dihadapi
Sikap ilmiah yang perlu dimiliki para ilmuwan menurut Abbas
Hamami M., (1996) sedikitnya ada enam , yaitu :
1.
Tidak ada rasa pamrih
(disinterstedness)
artinya suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang
obyektif dengan menghilangkan pamrih atau kesenangan pribadi.
2.Bersikap selektif
yaitu suatu sikap yang tujuannya agar para ilmuwan mampu mengadakan
pemilihan terhadap pelbagai hal yang dihadapi. Misalnya hipotesis yang beragam,
metodologi yang masing-masing menunjukkan kekuatannya masing-masing, atau ,
cara penyimpulan yang satu cukup berbeda walaupun masing-masing menunjukkan
akurasinya.
3.Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan
maupun terhadap alat-alat indera serta budi (mind).
4. Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan
(belief) dan dengan merasa pasti (conviction) bahwa setiap pendapat atau teori
yang terdahulu telah mencapai kepastian.
5. Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuwan harus
selalu tidak puas terhadap penelitian yang telah dilakukan, sehingga selalu ada
dorongan untuk riset, dan riset sebagai aktivitas yang menonjol dalam hidupnya.
6. Seorang ilmuwan harus memiliki sikap etis (akhlak) yang
selalu berkehendak untuk mengembangkan ilmu untuk kemajuan ilmu dan untuk
kebahagiaan manusia, lebih khusus untuk pembangunan bangsa dan negara.
Norma-norma umum bagi etika
keilmuan sebagaimana yang dipaparkan secara normatif berlaku bagi semua
ilmuwan. Hal ini karena pada dasarnya seorang ilmuwan tidak boleh terpengaruh
oleh sistem budaya, sistem politik, sistem tradisi, atau apa saja yang hendak
menyimpangkan tujuan ilmu. Tujuan ilmu yang dimaksud adalah objektivitas yang
berlaku secara universal dan komunal.
Disamping sikap ilmiah
berlaku secara umum tersebut, pada kenyataannya masih ada etika keilmuan yang
secara spesifik berlaku bagi kelompok-kelompok ilmuwan tertentu. Misalnya,
etika kedokteran, etika bisnis, etika politisi, serta etika-etika profesi
lainnya yang secara normatif berlaku dan dipatuhi oleh kelompoknya itu. Taat
asas dan kepatuhan terhadap norma-norma etis yang berlaku bagi para ilmuwan
diharapkan akan menghilangkan kegelisahan serta ketakutan manu-sia terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi. Bahkan diharapkan manusia akan semakin percaya
pada ilmu yang membawanya pada suatu keadaan yang membahagiakan dirinya sebagai
manusia. Hal ini sudah barang tentu jika pada diri para ilmuwan tidak ada sikap
lain kecuali pencapaian obyektivitas dan demi kemajuan ilmu untuk kemanusiaan.
Sumber :
research.mercubuana.ac.id/.../HUBUNGAN_DAN...
Nama : Maya Nurhidayah
Kelas : 3EB02
NPM : 24210290
0 komentar:
Posting Komentar